15.10.13

Kisah Kaos Nomor 1: Bukan Hanya Milik Kiper


Edgar Davids, pemain sekaligus manajer Barnet FC yang bermain di divisi Conference, atau divisi lima Liga Inggris memilih nomor 1 sebagai angka yang nemplok di punggungnya. 

Agak aneh memang, biasanya angka itu identik dengan nomor punggung milik penjaga gawang atau kiper. Penomoran ini mengikuti dari posisi pemain yang bermain di lapangan. Kiper merupakan pemain yang berada di bagian belakang, sehingga dia pun mendapatkan nomor paling awal, nomor 1. 

Alasan Davids, tentu saja ada. Dia ingin nomor paling awal ini bisa menjadi trend di sepak bola Inggris. Kelak, yang dia inginkan nomor ini akan identik dengan pemain yang berada di posisi gelandang atau jenderal lapangan. Persis seperti angka 10 yang biasanya dipakai oleh striker di depan gawang lawan. 

Sayangnya Davids – 40 tahun, kurang membaca sejarah sepak bola dari tahun ke tahun. Nomor 1, yang istimewa itu sebenarnya bukan hanya milik penjaga gawang dan kalaulah dia menggunakan nomor itu di punggungnya, bukanlah yang pertama kali di dunia ini.

Di Liga Inggris sendiri, ada pemain yang namanya Stuart Balmer, pemain belakang klub Charlton Athletic. Pemain yang aktif di dekade 1990-an itu, mendapatkan nomor itu karena klubnya menerapkan sistem penomoran berdasarkan abjad. Kebetulan, nama keluarganya diawali dengan huruf B. Seperti absensi di sekolah, dia pun dapat nomor paling awal itu.

Namun pemain di luar kiper yang mendapatkan nomor 1 ini adalah pemain asal Belanda, Ruud Geels, yang bertanding di Piala Dunia 1974 di Jerman Barat. Ketika itu, penomoran pemain dilakukan manajer tim sesuai dengan abjad para pemainnya.  

Penomoran serupa juga dilakukan pada tim nasional Argentina. Pada 1978 – ketika mereka menjadi tuan rumah dan menjadi juara dunia untuk pertama kalinya, tim asuhan Cesar Luis Menotti ini juga menggunakan penomoran berdasarkan abjad. 



Pemain bernama Norberto Alonso mendapatkan nomor 1. Sedangkan legenda Argentina saat itu, Osvaldo Ardiles mendapatkan nomor 2.Empat tahun kemudian, Ardiles menjadi pemain dengan nomor punggung 1. Pada 1986, setelah Ardiles pensiun, giliran Sergio Almiron yang mendapatkan nomor itu. 

Namun penomoran berdasarkan abjad nama belakang dan posisi pemain di dalam sebuah tim ternyata tidak berlaku untuk pemain di klub Partizan. Pemain mereka Simon Vukcevic, mendapatkan nomor 1 karena dianggap pemain yang sangat berpengaruh bagi timnya. Nomor diberikan – termasuk oleh fans sebagai bentuk pernghargaan pada pemain itu. Ketika bermain untuk Blackburn Rovers, Vukcevic yang tidak lagi mengenakan nomor 1 itu ternyata kurang bersinar. 

Kisah berbeda terjadi pada pemain asal Besiktas, Daniel Pancu. Saat timnya berhadapan dengan musuh bebuyutannya Fenerbahce di Liga Turki, dia terpaksa mengenakan kaos nomor 1. 

Ceritanya, ketika itu timnya unggul 3-2. Namun bencana terjadi, kiper mereka melakukan pelanggaran dengan akibat klub ini dihukum penalti. Kipernya terpaksa diusir wasit karena pelanggaran itu. 

Karena stok pemain cadangan mereka sudah habis, Pancu pun terpaksa menjadi kiper. Dia pun mengenakan kaos milik Oscar Cordoba --si kiper yang diusir wasit itu. Pancu beruntung, menjadi kiper dadakan dia mampu menghalau tendangan 12 pas itu. Akibatnya, Besiktas pun selamat dari kekalahan. Setelah pertandingan usai, dia pun dikerubungi teman-temannya dan ofisial tim. 

Sejak itu pun dia dijuluki Panther. Tak hanya itu, di musim berikutnya dia dianugerahi nomor 1, yang menjadi keberuntungan klubnya itu.



No comments:

Post a Comment