2.4.12

Rahasia Diving Pemain Bola

Di kotak penalti, Andy Carrol terjatuh gara-gara gerakan Tim Krul, kiper Newcastle yang hendak mengambil di kakinya. Peluit wasit bunyi. Namun bukan penalti yang didapat, dalam pertandingan di SportDirect kemarin, Caroll malah kena kartu kuning. Dalam tayangan ulang barulah jelas terlihat, Caroll menjatuhkan diri tanpa ada bentrokan sama sekali dengan kiper.


Diving itulah istilah yang sudah akrab dalam permainan sepak bola. Namun kenapa para pemain sepak bola suka sekali dengan upaya menipu ini? Inilah yang dicari jawabnya oleh para peneliti dari University of Queensland di Australia. Mereka heran di saat sepak bola makin maju, para pemainnya kok malah lebih suka melakukan tipuan seperti itu.


Mereka pun bekerja. Gwendolyn David, profesor di sana memelototi 60 rekaman pertandingan yang diambil dari sepuluh pertandingan dari liga Spanyol, Jerman, Belanda, Italia, Prancis, dan Australia. Kategori yang mereka pilih: terjatuh dari pelanggaran, jatuh dan sedikit berpura-pura, atau yang benar-benar menipu.

Beruntung hasil dari menyaksikan video tersebut, mereka hanya menemukan sekitar 169 dari 2803 yang tergolong tindakan diving. Atau hanya 6 persen. Hanya, ini repotnya, 33 persen dari aksi diving itu membuat wasit memberikan hadiah penalti. Kesempatan membuat gol tentu jadi lebih besar. "80 persen terjadi gol"

Namun sesungguhnya diving itu tidak perlu terjadi andai para wasit tidak gampang tertipu. Sebaliknya semakin banyak wasit yang memberikan tendangan bebas mereka yang mencoba diving pun kian bertambah jumlahnya.

Penelitian ini menganjurkan agar para wasit bertindak tegas terhadap para divers ini. Begitu terlihat jelas melakukan diving, kartu merah atau dikeluarkan dari lapangan mutlak dilakukan wasit.Tak cukup di situ, pemain itu pun dikenai denda dalam jumlah besar seperti yang dilakukan di Liga Amerika Serikat. Pemain Seattle, Alvaro Fernandez kena denda akibat ulah bohongnya di lapangan.

Terkesan kejam memang tapi mau bagaimana lagi, aksi diving yang penuh dengan kecurangan dan sangat licik ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai sportivitas yang selama ini menjadi ruh dari kegiatan olahraga. Termasuk sepak bola di dalamnya.