13.10.13

Desportivo: Pabrik Pemain Bola Brasil

Nama Desportivo pasti asing di telinga penggila sepak bola di mana pun. Dari ranah Brasil, orang lebih mengenal nama Sao Paulo, Flamengo, Corinthians, dan Santos – yang kini melahirkan nama Neymar. 

Despotivo memang tidak ikut berkompetisi di Liga Brasil, klub ini spesialis melahirkan pemain-pemain hebat untuk selanjutnya dijual ke klub-klub besar.  Pemain paling mutakhir keluaran dari Desportivo adalah Bruno Gomes. 

Pemain yang baru berumur 17 tahun ini kini telah ditunggu oleh klub-klub besar seperti Manchester United, Real Madrid, Sao Paulo, dan klub Italia, Udinese. Si keriting ini memang hebat, selama bermain tiga tahun di Desportivo dia sudah mencetak 122 gol. 

Kemungkinan besar Gomes akan mengikuti jejak pemain jebolan klub itu lainnya ke Eropa. Sebelumnya, ada Henrique yang pada 2008 dibeli oleh Barcelona dengan harga 6,7 juta pound. Lalu ada Keirrison, yang setahun kemudian setelah Henrique pergi ke Barcelona dengan harga 11,8 juta pound.  

Desportivo Brasil adalah pabrik dalam arti yang sebenarnya. Klub yang didirikan delapan tahun lalu, atau persisnya 2005 lalu itu, kini menjadi bahan perbincangan yang tak habis-habisnya. . “Memiliki tim senior bukan bagian strategi kami. Bukan DNA kami,” kata Rodolfo Canevasi, Direktur Desportivo. 

Kabar itulah yang kemudian sampai di telinga wartawan BBC, Steve Wilson. Saat meliput Piala Konfederasi lalu, dia pun menyempatkan diri untuk menengok pabrik pemain bola yang ada di Porto Feliz, yang letaknya bisa ditempuh dalam tiga jam perjalanan dari Sao Paolo. 

Klub sepak bola ini didirikan untuk menghasilkan pemain-pemain hebat dari Brasil. Para pengelola klub ini tanpa malu-malu menyebutkan bahwa ide pendirian klub ini semata-mata untuk menyediakan para pemain muda untuk klub-klub besar di Eropa atau pun Brasil sendiri. 

Desportivo tak beda dengan akademi sepak bola. Mereka menyediakan penginapan, makanan yang bergizi, dan mimpi untuk menjadi pemain sepak bola nan hebat. Fasilitasnya pun lengkap. Di bagian dalam ada kolam renang indoor. 

Fasilitas mewah itu tak berarti apa-apa bila tak ada lemari penyimpan piala, yang makin lama kian sesak. Salah satunya yang bergengsi adalah Milk Cup – yang merupakan turnamen sepak bola untuk klub-klub junior. Dalam turnamen yang dihelat di Irlandia Utara, pada 2012 lalu, mereka menjadi juara. Istimewanya mereka mengalahkan klub-klub Eropa, seperti Newcastle United dan Benfica, Portugal.  

Kerja Sama dengan Klub Besar

Tentu tidak murah untuk membangun fasilitas itu. Desportivo – yang dimiliki dan dikelola oleh perusahaan yang bernama Traffic –yang merupakan perusahaan marketing olahraga terkemuka di kawasan Amerika Latin.   Beruntung klub ini memiliki banyak partner. 

Untuk keperluan apparel, mereka bekerja sama dengan perusahaan Nike. Beberapa klub sepak bola dunia pun ikut menjadi salah satu peserta kerja sama itu, antara lain Manchester United. Klub lainnya yang bekerja sama adalah Brann (Norwegia), Estoril-Praia (Portugal), Fort Lauderdale Strikers (Amerika Serikat), FC Twente (Belanda), dan Ituano (Brasil). 

“Kami memang memiliki kontrak dengan Manchester United. Kami bersama-sama melakukan pengembangan anak-anak itu. Setiap dua pekan sekali, pelatih United yang ada di Brasil datang ke sini untuk memantau mereka. Setiap enam bulan sekali, pemain yang dianggap berbakat diajak pergi ke Manchester untuk ikut berlatih di sana,” kata Rodolfo Canevasi. 

Dengan kontrak seperti itu, United memiliki opsi pertama yang akan membeli pemain yang mereka inginkan. “Tapi tidak semua pemain, hanya pemain yang kami bangun bersama. Tidak hanya satu saja tapi, bisa empat-lima pemain. Bruno Gomes adalah salah satunya." 
Namun saat menjual pemain, mereka menggunakan transaksi normal. Bahkan, ketika pemain itu berganti pemilik karena dijual lagi oleh klub, Desportivo tetap memiliki keuntungan dari penjualan itu.  Dari sanalah mereka bisa mengelola klub ini. 

Mengumpulkan Bibit-Bibit Berbakat

Mereka mengumpulkan pemain-pemain muda, tepatnya yang rata-rata berusia 14 tahun dari seluruh pelosok negeri. Bibit-bibit muda itulah yang kemudian dibina untuk menjadi pemain jadi dan siap ditawarkan pada klub-klub besar. 

Tentu saja tidak aneh. Brasil merupakan pengekspor pemain-pemain bola ke seluruh dunia. Kalau ditotal, jumlah pemain bola asal Brasil yang bermain di seluruh liga dunia mencapai sekitar 10 ribu orang. Itu sebabnya, mereka tak pernah kekurangan pemain. 

“Yang kami lakukan adalah mencari anak-anak berusia 10 hingga 12 tahun untuk kami jadikan pemain bola. Namun, dalam hukum Brasil, mereka tidak boleh dilepas sebelum berumur 14 tahun. Nah, setelah mereka berumur 14 tahun, kami meminta pada orang tua mereka untuk melepas anak-anaknya untuk tinggal bersama kami,” kata Rodolfo Canevasi, Direktur Desportivo.

Selama empat atau lima tahun berada di asrama, mereka diberikan berbagai pelajaran penting dalam karir sepak bolanya kelak. Termasuk berbahasa Inggris, pendampingan psikolog untuk memantau perkembangan anak-anak itu, dan juga pengetahuan mengenai cedera.  

Di Brasil sendiri, klub ini tak kalah prestasinya. Saat bertanding melawan klub junior dari Sao Paulo yang berisikan pemain di bawah usia 16 tahun, mereka mampu menang dengan angka 3-0. Padahal, tim yang diturunkan Desportivo adalah mereka yang berada di bawah umur 15 tahun. 

“Bagus bagi tim kami melawan tim yang lebih tua,” kata Anderson – pelatih Desportivo U-15.  Dua gol itu dibuat oleh pemain yang bernama Heitor. “Dia adalah Bruno Gomes berikutnya.” 

Bruno Gomes memang menjadi idola para pemain muda di Desportivo. Filipe de Luca, pemain berusia 15 tahun, menganggap Gomes adalah contoh baginya. “Saya bermimpi untuk bermain di Eropa. Mungkin di klub PSG. Saya berharap bisa menjadi seperti Oscar. Tapi, idola saya tetap Bruno Gomes; dia merupakan pemain yang bagus yang pernah saya lihat. Dia lebih hebat dari Wayne Rooney.” 

No comments:

Post a Comment