Dalam sebuah program di BBC Knowledge, seorang supir taksi di Liverpool bertanya pada penumpangnya. “Anda Biru atau Merah?” Sang penumpang, seorang wanita, yang baru datang ke kota itu bingung dengan pertanyaan tersebut. “Maksudnya?”
Supir taksi itu pun segera memberikan penjelasan. Di sana, kata dia, hanya ada dua warna biru untuk Everton dan merah untuk Liverpool. Dua warna itulah yang bisa menjadi jalan masuk perbincangan dan bisa juga mengakrabkan dua orang yang baru saja bertemu. Atau juga sebaliknya, bikin perbincangan jadi tak enak.
Hal semacam ini tentu bukan saja terjadi di Liverpool tapi juga di kota-kota lain di dunia. Manchester, dibelah oleh City dan United. Milan, terbagi dalam Inter dan AC Milan. Di belahan dunia mana pun sama saja.
Sepak bola, tanpa persaingan tentulah omong kosong. Tanpa ada persaingan sepak bola pun runtuh pesonanya. Namun, fanatisme sempit penggemarnya kadang memberangus akal sehat.
Nah, bisakah fans dua klub -- yang berseteru, bersatu?
Bisa, itu kata Eduardo Salles. Dia adalah seniman asal Meksiko. Karya-karyanya bisa dilihat di www.cinismoilustrado.com. Dia menggabungkan dua logo klub yang selama ini berseteru dalam satu frame. Unik dan idenya sungguh brilian.
Hasilnya, sebuah logo baru: Barcelona dan Madrid yang disatukan. Juga Inter dan Milan. Lalu ada juga Manchester United dan Liverpool, yang sudah sejak lama menjadi mitra berseteru abadi. Logo klub lainnya yang dijadikan satu adalah Boca Juniors-River Plate di Argentina, América dan Chivas, di Liga Meksiko.
Salles menyatakan bersatunya para fans ini bukan mustahil. Persaudaraan di antara mereka sesungguhnya kuat. Itu bisa dilihat saat tim nasional mereka berlaga. Seluruh atribut klub dan semua aroma persaingan dan perseteruan pun lenyap.
Eduardo Salles menyebut karya seninya dengan Real Unhate. “Politisi saling bisa cipika-cipiki. Tapi persaudaraan dan kedamaian yang sesungguhnya ada di lapangan sepak bola,” kata Eduardo. Betul banget.
Image: http://www.cinismoilustrado.com/