Philip John “PJ” Dolan berlari
secepat kuda. Bola yang dia giring berhasil mendekati kiper. Pemain lawan
santai saja. Pemain Kilsyth itu sudah berada dalam posisi offside. Kiper pun tidak
bereaksi. Bunyi peluit wasit sudah melengking. Namun, PJ tetap saja
bersemangat. Bola lalu ditendangnya. Goool……
PJ pun senang tiada kepalang. Dia
bersorak-sorak senang. Girang bergembira. Teman-temannya juga tak ada yang
menyambut selebrasinya.
Tak lama kemudian, wasit
mendatanginya. Kartu kuning dihadapkan di wajahnya. Yellow card boy. Kontan dia protes. Kenapa harus diberi kartu
kuning? Apa salah saya?
Gavin Duncan tetap pada
keputusannya. Kartu kuning karena tidak mengindahkan perintah wasit yang telah
menyatakannya dalam posisi offside. Pemain mana pun harus diberi kartu kuning,
karena sama saja melawan wasit sebagai penguasa pertandingan. Tak lama
kemudian, wasit menganggapnya melakukan diving
alias tanpa ujug-ujug, dia terguling-guling.
Tanpa ampun, kartu kuning kedua
ini membuatnya harus keluar lapangan. Bukan itu saja, dia juga dilarang bermain
dalam dua pertandingan berikutnya. “Dia sedih dan marah sekali pada keputusan
wasit itu,” kata ayah PJ.
PJ bukanlah pemain yang
ugal-ugalan yang doyang melawan wasit. Kalaulah dia sepertinya bengal karena tetap
menendang bola meskipun peluit sudah berbunyi, itu karena memang tidak
mendengar. Bukan juga pura-pura tidak mendengar. PJ adalah pemain yang tuna
rungu alias pendengarannya terbatas.
Jadi begini penjelasannya. Menurut
ayahnya, PJ biasanya menempati posisi sebagai gelandang bertahan. Namun, kali
ini dia ditaruh sebagai penyerang. Dalam posisi itu, kata ayahnya, posisinya
dengan asisten wasit berada sejajar. Alhasil, dia tidak bisa melihat pergerakan
bendera sebagai tanda offside yang biasa dikibarkan. Lagi pula, biasanya dia
melihat bendera yang dikibaskan itu menyala dengan warna yang mudah dilihat
matanya.
PJ memang tidak bisa mendengar
sejak usia 2 tahun. Namun, karena kemampuannya dalam bermain sepak bola oke dia
pun tetap dapat melanjutkan hobinya. Bahkan, dia tercatat sebagai pemain
nasional tim Inggris dan Skotlandia untuk kejuaraan dunia sepak bola khusus
tunarungu.
Namun, dia pun tercatat sebagai
pemain Kilsyth Ranger yang berlaga di kompetisi lokal. Nah, dalam pertandingan
melawan Armadale di ajang Scottish Junior Cup, pekan lalu, itulah dia beroleh
masalah. “Dilarang bermain dalam
dua kali pertandingan sangat memukulnya,” kata ayah JP.
Sebenarnya keadaan JP sudah disampaikan pada wasit dan bahkan panitia pertandingan. Manajer Eric Sinclair, malah mengaku sudah memberi tahu sekitar sebulan sebelum pertandingan. Masalahnya, dia memang tidak mengingatkan sang wasit lagi. Mungkin, Sinclair berpikir sudah clear.
Sebenarnya keadaan JP sudah disampaikan pada wasit dan bahkan panitia pertandingan. Manajer Eric Sinclair, malah mengaku sudah memberi tahu sekitar sebulan sebelum pertandingan. Masalahnya, dia memang tidak mengingatkan sang wasit lagi. Mungkin, Sinclair berpikir sudah clear.
Saat pertandingan, wasit
menganggap semuanya berlangsung seperti biasanya. Pemain dianggapnya normal.
Peluit pun menjadi satu-satunya bahasa yang dikenakan pada pemain yang
berlarian di lapangan.
Nah siapa yang teledor? Semua
menunjuk pada Sinclair. Bagaimana pun semestinya memberitahukan kembali pada
wasit mengenai keadaan pemainnya itu. Satu yang menguntungkan, Kilsyth berhasil
unggul 2-1. Mereka maju ke babak
berikutnya.
Toh begitu, JP Dolan masih berada
dalam kesedihan yang luar biasa.
1 comment:
PertamaX
Post a Comment