Punya tampang mirip bisa menjadi senjata sebuah tim. Melihat wajah yang sejenis, boleh jadi mereka pun terkecoh. Di dekade 1990-an, Manchester United, punya striker “kembar” Dwight Yorke dan Andy Cole. Dua pemain yang sama-sama berkulit hitam kerap mengecoh lawan. Sering salah diduga, duet ini pun malah tajam di depan gawang.
Tapi, bagaimana kalau itu terjadi pada wasit? Nah, ini yang jarang terjadi. Mari kita mundur ke pertengahan pekan lalu, saat Udinese menjamu tamunya Celtic, di ajang Liga Eropa. Wasit yang memimpin pertandingan itu adalah Michael Koukoulakis, yang berasal dari Yunani.
Tentu tak ada hubungannya dengan keadaan ekonomi negerinya yang semaput bila Koukoulakis agak kurang baik penglihatannya. Saat Scott Brown mengganjal dengan keras Mauricio Isla, pemain tuan rumah, serta merta dia mendatangi kerumunan pemain. Seperti biasa, dia membunyikan peluit sebagai tanda terjadi pelanggaran lalu mengeluarkan kartu kuning.
Namun bukan Scott Brown yang diganjar kartu peringatan itu, melainkan Cha Du-ri, pemain asal Korea Selatan. Cha keruan saja bingung. Kakinya tidak bersalah. Dia protes. Begitu juga pemain lainnya.
Tapi wasit adalah penguasa di lapangan. Keputusan pun tidak berubah, Cha Du-ri – pemain tim nasional Korea dan juga anak legenda Korea Selatan Cha Bum-keun dianggap bersalah. Karenanya, kartu kuning adalah hukuman yang teramat pantas.
Pertandingan pun dilanjutkan. Sampai akhirnya, enam belas menit berselang, sebuah pelanggaran dilakukan Cha Du-ri. Kali ini giliran Pablo Armero yang terguling-guling. Tak ada ampun lagi, ini adalah hukuman kartu kuning.
Gawat, dengan pelanggaran terbaru itu, Cha Du-ri praktis harus keluar dari lapangan. Akumulasi dua kartu kuning dalam sebuah pertandingan, akibatnya tiada bukan keluar dari pertandingan. Cha pun bersiap untuk meninggalkan lapangan. Dasar apes, barangkali itu yang ada di kepalanya saat akan meninggalkan lapangan.
Namun yang terjadi, wasit memutuskan Cha Du-ri tetap berada di lapangan sampai dia mendapatkan kartu kuning lagi. Aneh, tentu saja aneh. Rupanya, Koukoulakis mendapatkan bisikan dari asisten wasit perihal kartu kuning pertama yang dia berikan pada Cha Du-ri.
Menurut asistennya itu, wasit itu melakukan kekeliruan. Keputusan untuk tetap memberikan kesempatan Du-ri bermain adalah koreksi dari keputusan pertamanya.
Ternyata yang menjadi sebab karena potongan kedua pemain ini sangat mirip. Kedua pemain sama-sama memiliki tinggi badan sekitar 180 sentimeter. Keduanya pun memiliki potongan rambut gundul nan licin. Juga sama-sama agresif. Scott Brown malah dikenal sebagai pemain pengumpul kartu kuning paling banyak di klubnya.
Nah, bak pinang dibelah dua, sepintas meski mata keduanya berbeda, namun di mata Koukoulakis keduanya adalah kongruen alias sebangun. Setelah mengucek-ucek matanya, keduanya jelas berbeda. Satu orang Asia dan satunya lagi asli Skotlandia.
Salah hukuman ini tidak lantas membantu Celtic. Dalam pertandingan itu, mereka berhasil menahan imbang tuan rumah, 1-1. Hasil itu tak cukup membuat mereka melangkah ke babak knock out.
Baca juga ya:
Mou dan AVB Tak Lagi Mesra
Rooney Ledek Sir Alex Ferguson
2 comments:
aduh yg tulis bukan nmor punggung mlah gmbar wajah, gmna tu wasit hahaha...
wah wasit juga bisa di kecoh ya
Post a Comment