Tidak hanya pemain tapi juga manajernya. Klub itu akan
mencapai level terbaik, jika manajer saat ini yakni Adie Briton yang berada di klub ini sejak 2008 untuk mundur.
Dia siap menggantikannya.
Pengirim email itu adalah Won Jae Yang, seorang remaja asal
Korea yang baru berusia 17 tahun. Pertama kali menerima email dari pria yang
masih jadi anak sekolah ini, para manajemen klub terhibur tapi lama-lama
jengkel juga. Hingga akhirnya, website klub itu mempublikasikan sebagian email
yang masuk.
Email pertama yang masuk langsung
terasa menohok. Pertama kali dia memperkenalkan dirinya sebagai Won Jae Yang dari Korea. Alasan dia mengirimkan surat elektronik
semata karena dia ingin menjadi manager Bath City.
Sebentar…
Bath City Football Club adalah klub yang berdiri pada
1889. Biarpun sudah tua, namun klub ini tidak semaju klub lainnya yang mencapai
level Liga Primer. Klub yang semula bernama Bath Railway ini kini berstatus
sebagai klub semi profesional yang bermarkas di Bath, Somerset, Inggris.
Setelah memenangi babak play-off pada
Mei 2010, klub ini masuk di divisi 5 Liga Inggris. Mereka bermain di liga Conference National atau
divisi lima dalam sepak bola Inggris, yang mereka capai setelah melakukan
pertandingan play-off pada Mei
2010.
Klub ini lumayan
sebenarnya. Beberapa kali mampu menembus babak berikutnya di ajang Piala FA
bahkan hingga babak ke tiga. Namun
prestasi paling bagus adalah mampu bertahan di peringkat 10 di liga Conference
National.
Ini adalah
pencapaian paling tinggi dalam sejarah klub ini sejak 1993. Namun kini mereka tengah terseok.
Berada di papan bawah klasemen dan hanya mengumpulkan poin 8 dari 20
pertandingan yang sudah dimainkan.
Dalam email itu dia
langsung mengomentari apa yang terjadi dengan permainan Bath City, yang
menurutnya bisa lebih bagus lagi. “Peringkat klub yang masih berada di urutan
bawah adalah buktinya,” tulis dia. Dengan gamblang, dia mengkritik taktik sang
manager.
Lalu, bak seorang
komentator di televisi, dia mengurai dengan rinci bagaimana performa para
pemain Bath yang menurutnya berada di bawah kemampuan dasar.
Di akhir emailnya, dia
menyarankan agar manajemen klub itu menjadikannya sebagai manager. Asisten pun
dia sudah punya. Namanya, Chan Ho Lee
dan Won Suk Yoo. Keduanya, menurut Won Jae Yang,
terampil dalam menganalisis permainan lawan.
“Saya pikir Bath City akan menjadi tim
yang kuat. Kalau kurang yakin, bisa dicoba dulu. Kasih kami kesempatan
menangani tim ini, dalam 2-3 games, kami angkat tim ini menjadi lebih baik.”
Dalam email berikutnya,
dia menuliskan tentang riset yang dia lakukan terhadap taktik tim-tim yang
bermain di liga Conference National juga soal sistem keuangan klub di sana.
Soal taktik dan
kritiknya terus berlanjut dalam email-email selanjutnya. Meskipun, di sana-sini
banyak kesalahan. Misalnya tentang pemain yang disebutnya kurang bagus, padahal
pemain itu tidak lagi berada di klub tersebut.
Namun, Won tak kenal
menyerah. Dia terus mengirimkan email, hingga akhirnya menembus angka 100. Di
hampir setiap emailnya, dia berharap agar emailnya itu dibalas.
Siapakah sebenarnya
anak ini? Tidak ada yang tahu pasti. Namun dia mengaku sebagai anak Korea yang
lahir pada 1994. Dia juga masih duduk di bangku SMA.
Keanehan bukannya
tidak ada. Dibandingkan dengan Liga Primer, kompetisi di divisi 5, bukanlah
kompetisi yang menarik bagi penggemar sepak bola di mana pun.
Lagi pula, Won yang
berada di Korea bisa mengamati permainan klub ini dengan rinci adalah hal yang
aneh. Tak ada siaran langsung dari pertandingan di divisi bawah ini.
Siapa tahu, nama Korea
itu hanyalah fiktif semata. Jangan-jangan, dia adalah orang di klub itu
sendiri, yang juga tinggal di Somerset.
Toh begitu, perjuangan
Won Jae Yang ternyata mendapat respons. Manajemen klub selain mempublikasikan
surat-surat Won di situs resmi klub itu, mereka juga bertanya pada pengunjung
website apakah Won Jae Yang layak menjadi manager klub.
Jawabannya, katanya,
silakan layangkan email dengan alamat menggunakan nama si remaja itu. Bisa jadi
serius atau sekadar trik untuk membuka identitas sebenarnya si Korea itu.
No comments:
Post a Comment