Nah,
kepusingan seperti itu pula yang berkerumun di kepala Bojan Djordic. Bekas
pemain Manchester United ini sejak awal musim lalu, bermain untuk klub Blackpool,
bermain di divisi Championship setelah pekan lalu terlempar dari Liga Primer.
Bukan persoalan dia bermain di divisi yang lebih rendah melainkan
penghasilannya yang super minim.
Meski dia
tergolong pemain senior dan pernah hilir mudik di berbagai klub di Eropa, namun
ternyata manajemen klub ini hanya mau membayar Bojan sebanyak 90 poundsterling
atau sekitar 1 tiap minggunya. Alhasil, selama sebulan penghasilannya hanya
mencapai Rp 4 juta. Hidup di Jakarta dengan penghasilan segitu saja bikin
pusing apalagi di Inggris sana.
Beruntung,
kayak orang Jawa saja – apa-apa selalu ada untungnya, dia punya teman seperti
John O’Shea. Pemain yang kini membela Sunderland termasuk teman yang memberikan
bantuan akomodasi bekas temannya di tim junior Manchester United.
Nasib
buruk Bojan inilah yang kemudian mengundang keprihatinan teman-temannya untuk
mengadukan pada FPA atau asosiasi pemain sepak bola profesional di sana. “Coba
saja pikirkan, mau hidup dengan cara seperti apakah dengan uang sebesar itu,”
kira-kira begitu yang mereka ucapkan saat melaporkan pada Asosiasi.
Namun
pihak manajemen Blackpool punya kilah. Menurut sumber di sana, pihak manajemen
melihat masalah kebugaran yang dimiliki Bojan. Klub itu sedikit prihatin dengan
tes kesehatan Bojan. Sehingga mereka mengikatnya dalam kontrak dengan bayaran
tak lebih dari 90 poundsterling. “Kalau dia bermain dalam sebuah game, dia
mendapatkan bayaran penampilan. Kalau tidak, ya cukup itu saja yang dia
peroleh.”
Tak hanya
itu sebenarnya. Bojan juga sebenarnya dianggap telah sepakat dengan kerja sama
di antara kedua pihak. “Bisa saja dia masuk dalam tim inti, jika dia dalam
keadaan fit, tapi jika tidak mohon maaf, dia pun bisa dipersilakan pergi kapan
saja.”
Soal
bayaran yang begitu rendah, ternyata memang ada dalam peraturan di sana. Sebuah
klub boleh menggaji seorang pemain, dengan bayaran yang paling murah yaitu 90
poundsterling. Bayaran yang teramat murah tentu saja. Pegawai biasa saja,
mendapatkan bayaran sekitar £243 untuk
40 jam bekerja selama sepekan.
***
Kegalauan
adalah panglima Bojan Djordjic selama ini. Di saat karirnya tak jua berkembang,
dia tetap melihat Inggris sebagai tanah harapan dengan Ian Holloway, sang
nakhoda yang dipercaya bisa mengembalikan kegemilangannya seperti yang terjadi
pada masa lalu.
Masa
kecil B0jan Djordjic tidaklah menyenangkan. Dia yang lahir di Belgrade, yang
kemudian tumbuh di kawasan Sarajevo, terpaksa meninggalkan tanah kelahirannya
akibat berkecamuknya perang di Bosnia.
Ayahnya, Ranko Djordjic adalah seorang pemain sepak bola yang bermain di
Norrkiping, Swedia. Ke negeri itu pula, Ranko membawa serta keluarganya.
Di sana,
Bojan membangun harapan dan cukup berhasil. Dia memiliki karir yang bagus
ketika bergabung dengan IF Brommapojkarna. Enam kali tampil di sana cukup
membuatnya dibawa pergi ke Old Trafford junior pada 1999.
Bersama
skuad Setan Merah, karirnya lumayan menarik. Dia memenangi Jimmy Murphy Trophy,
anugerah buat pemain muda yang dianggap berbakat. Kemampuannya bermain di sayap
kiri membuatnya dijuluki sebagai 'next Ryan Giggs'.
Sayangnya,
Ryan Giggs pula yang menghambat karirnya. Menurut bisik-bisik di sana, Djordjic
tidak memiliki kehebatan lain yang bisa meyakinkan Sir Alex untuk menggantikan
posisi Giggs. “Dia bagus bermain di sayap kiri tapi tak lebih hebat dari
Giggs,” kata seseorang di Old Trafford.
Sayangnya,
Djordjic tak menyadari soal itu. Seperti yang diakui kemudian, saat itu dirinya
bertindak kurang ajar. “Saya selalu mengumpat pada siapa saja, kalau mereka
memberikan operan yang salah,” katanya. Bojan memang cepat marah. Tak peduli
terhadap seniornya, termasuk pada Roy Keane kapten Tim saat itu.
Kegagalannya
disebabkan dua hal: kemampuannya yang tidak bisa meningkat dan juga masalah
kepribadiannya yang kurang terpuji. “Dia merasa menjadi pemain kelas satu,”
kata salah seorang sumber di sana.
Alhasil,
dia pun hanya mampu bermain dua kali di tim inti selanjutnya dia mencari jalan
keluar untuk mengembangkan diri. ternyata hanya membuatnya menjadi pemain yang
berpindah-pindah klub.
Pada 2005
setelah berada enam tahun berada di Old Trafford, dia meminta pergi, Sir Alex pun
melepasnya. Djordjic pun tak ubahnya seperti nomaden. Dia bermain di berbagai
klub di Denmark, Serbia, Swedia, bahkan
sampai ke Hungaria. Hingga akhirnya, dia kembali ke Inggris.
Ian
Holloway – kini manajer Blackpool, sebelumnya adalah manajer di Sheffield yang
mengajaknya bergabung. Penampilan Bojan diharapkan bisa menggantikan Charlie
Adam yang ditarik ke Liverpool.
Bagi
Bojan ini adalah kesempatan kedua untuk mencoba peruntungan baru di Liga
Inggris. “Ia mengajakku untuk melupakan masa lalu dan mencoba masa depan dengan
menghargai semuanya. Pendukung klub yang sudah membeli tiket untuk melihat saya
bermain.”
Kata-kata
ini ternyata lumayan ampuh. Bojan yang kini sudah lebih dewasa langsung
tergetar. Dia pun bersumpah tidak akan mengecewakan Holloway lagi seperti yang
terjadi saat bersama di Sheffield.
“Saya
menghargai Ian 100 persen,” katanya. Bisa
jadi dorongan untuk kembali menunjukkan kemampuan terbaiknya yang membuat dia
rela digaji dengan harga yang teramat murah itu.
Kini
harapan memenuhi hidup Bojan. Dia ingin agar karirnya kembali bersinar, meski
usianya sudah mencapai 29 tahun, dan satu lagi harapannya: dia ingin agar
Asosiasi Sepak Bola Profesional bisa memperbaiki pendapatannya. Bila dua hal terpenuhi, kegalauan sudah pasti
pergi dari diri Bojan.
2 comments:
ha..ha..pemain bola juga manusia..bisa galau juga..
buktikan klo bisa, pasti gaji akan naik tuh
Post a Comment