25.12.11

Duh, Pemain Bola Harus Merangkap Jadi Cleaning Service


Hidup para pemain sepak bola sungguh menggiurkan. Di Inggris, kalaulah bisa bermain di klub anggota Liga Primer, itu artinya hidup dijamin sempurna. 



Bisa tinggal di rumahnya layaknya puri, istri pun pasti semlehoy pula. Tapi ada syaratnya, hidup hemat dan jangan sekali-sekali mencoba peruntungan lewat judi. Bahaya….


Nasib pemain sepak bola di negeri ini juga beruntung. Biarpun soal prestasi masih jauh panggang dari api, tapi hidup mereka tetap lebih baik. Gadget baru di tangan kiri, kunci mobil di tangan kanan. Gaji bulanan pun bisa mencapai dua digit. Tak kalah dengan para manajer.


Tahu sebabnya kenapa? Itu karena sepak bola telah hidup dalam masyarakatnya. Industrinya paling tidak mulai bergerak. 


Sekarang mari kita melompat ke negeri Hindustan, alias India. Di negeri ini, popularitas permainan yang bernama sepak bola berada jauh di bawah kriket. India pun termasuk jagoan dalam permainan ini. 


Artinya? Jangankan berharap prestasi, nasib pemain sepak bola pun tak jauh beda dengan kisah film Bollywood. Banyak tragedi yang tak kunjung usai. 


Ini yang terjadi di daerah yang namanya Indore. Tersebutlah di sana ada klub yang bernama Anand XI Football Club. Klub ini bermain di divisi A di liga kota itu.


Tragis sekali nasib mereka. Beruntung keberadaan mereka terbantu oleh permainan kriket. Untuk menghidupi diri dan juga klub, termasuk untuk membeli sepatu bola, mereka menjadi petugas kebersihan stadion yang biasa dipakai bermain kriket.


Caranya? Setiap kali pertandingan kriket akan digelar, beberapa hari sebelumnya, mereka sudah datang ke stadion itu. Modalnya lap dan air seember. 
Seperti yang terjadi pada November silam, saat akan digelar pertandingan di Holkar Cricket Stadium, mereka yang biasa menggocek bola sementara menjadi petugas cleaning service.


Membersihkan kursi-kursi yang jumlahnya mencapai ribuan adalah tugas mereka. Kursi yang akan diduduki penonton haruslah mengkilap bersih dan juga steril. 


Honor mereka untuk setiap kursi adalah 2,75 ruppee atau sekitar Rp 500 alias gopek. Hadeuuh… Artinya untuk membeli sebuah bakwan goreng di negeri ini saja, mereka harus membersihkan empat buah kursi.


Sedih? Pasti. Jangan-jangan sambil mengelap kursi itu mereka bersenandung seperti para pemain film yang tengah dibekap nestapa. Tapi mau apa lagi? 


Malah, menurut para pemain klub itu, penghasilan dari menggosok kursi dan membersihkan bagian lain dari stadion itu bisa dipakai untuk membeli sepatu, baju seragam, dan yang penting bisa membuat mereka tetap bersemangat untuk bermain sepak bola.


Toh begitu, keluhan keluar dari mulut mereka. Seperti yang disampaikan Sanjay Nidhan, sang kapten klub itu. Kata dia, keadaan yang buruk ini semata terjadi karena kurangnya perhatian dari  pemerintahan daerah Madhya Pradesh.  


"Di sini sepak bola sungguh dilupakan. Lebih baik jangan menjadi pemain sepak bola. Padahal di sini banyak sekali pemain yang berbakat,” katanya.


Sanjay meneruskan curhatnya. Katanya, sepak bola memang membutuhkan kerja keras dan juga gizi yang baik. “Ujung-ujungnya duit kan? Ah saya tidak mengerti mengapa mereka tidak peduli, malah lebih memperhatikan olahraga lain,” katanya.


Ketimbang tidak mendapatkan jawaban yang diinginkannya, Sanjay dan beberapa pemain lainnya meneruskan pekerjaannya itu. Menjadi petugas cleaning service paruh waktu adalah jawaban bagi kesulitan yang mereka alami.

No comments:

Post a Comment