DIEGO Maradona, Eric Cantona, dan Jose Mourinho. Tak
diragukan lagi soal kiprahnya di dunia sepak bola. Prestasinya, dalam berbagai
level, tentunya, sudah diakui. Mereka piawai di lapangan, juga mampu
“menggoreng” dirinya di media. Diego, sang jenius, di lapangan dia canggih
menyebutkan gol tangannya di Piala Dunia 1986, dengan “Tangan Tuhan”.
Eric Cantona, punya gestur yang menarik. Tatapan mata yang
menyapu sekeliling stadion setiap kali mencetak gol, memang terlihat angkuh
namun kemudian menjadi ciri khasnya yang takkan mudah hilang dari ingatan
pencinta sepak bola. Mou? Jangan ditanya lagi. Orang akan ingat dengan
ucapannya yang menggambarkan dirinya yang sangat terkenal itu “The special
one”. Cristiano Ronaldo, punya kutipan menarik, “Saya muda,
ganteng, dan terkenal.”
David Beckham adalah sosok yang lain. Dia terampil betul,
tentu dibantu oleh tim yang solid dan banyak akalnya, membangun sosoknya di
media. Meski karirnya, sudah tamat, namanya tetap berkibar di berbagai media.
Nama lainnya adalah Muhammad Ali. Petinju yang kini sudah
tremor, akibat digebuk parkinson, toh namanya masih juga berkibar. Orang masih
ingin mengikuti apa yang dilakukan petinju yang pernah dijuluki Big Mouth itu.
Mereka sadar betul, sosoknya bukan lagi manusia biasa.
***
Di Camp Nou, ada seorang bintang. Lionel Messi namanya.
Sebagai bintang lapangan, kiprahnya tak perlu diragukan lagi. Namun sebagai
bintang di luar lapangan? Mari kita ikuti apa yang terjadi di ruangan jumpa
pers yang digelar menjelang pertandingan Barcelona melawan Plzen, kemarin.
Berbicara di depan mikrofon, Lionel Messi pemain yang
disukai puluhan bahkan mungkin ratusan juta penggila sepak bola, menanggapi
semua pertanyaan dengan datar. Nyaris tanpa emosi. Padahal, sudah jelas, para
jurnalis yang membawa banyak pertanyaan di kepalanya ingin agar sang mesiah ini
berbicara memukau persis saat tampil di lapangan. Dengan mulut tercekat, mereka
menginginkan paling tidak ucapan sejenis seperti yang pernah dilakukan
Namun semua itu bagaikan angin. Messi tetaplah Messi. Dia
berbicara dengan santun. Dengarkan apa yang dikatakannya tentang persaingannya
dengan Ronaldo. Messi bilang, sama sekali dia tidak mengakui adanya persaingan
dengan bintang Real Madrid itu. "Aku sama sekali tidak merasa harus
bersaing dengan Cristiano. Satu-satunya hal kulakukan adalah membantu rekan
tim," tegas Messi.
Hmmm.....
Saat ditanya soal rekor baru yang dicapainya sebagai
pencetak gol tertinggi dalam sejarah Barca. Dia pun berujar, “rekor itu
bukanlah tujuanku. Semakin banyak aku mencetak gol, tentu bagus bagi tim. Tapi,
sungguh, itu (membuat rekor) bukan tujuanku, "katanya.
Jawaban serupa pun diberikan atas pertanyaan kemungkinan
dibangunnya patung dirinya, seperti Kubala yang rekornya telah dilewati.
Lagi-lagi Leo menghindari pujian seperti itu. Jawabannya, aduh maaak.....
lempeng juga. “Jika kita membuat prestasi, penghargaan individu tentu
akan tiba. "
Sesi tanya-jawab ini diakhiri dengan pertanyaan dari seorang
jurnalis soal Pele. Pemain legendaris Brasil ini, yang akan mengirimkan video
kehebatannya di masa muda. Hal itu dilakukan Pele untuk memperlihatkan bahwa
bintang Brasil itu lebih baik ketimbang Maradona.
Lagi-lagi Messi tetap tenang. “Apa yang ia lakukan, yaitu
mengirimkan video tentang kehebatannya di masa lalu, aku akan senang sekali
melihatnya. Tentunya itu merupakan pencapaian yang besar yang pernah dia
peroleh.”
Konferensi pers pun ditutup.
***
JELAS, Messi tidak menempatkan dirinya sebagai bintang yang
gemerlap. Dia berusaha untuk tampil seperti manusia biasa. Tak ada ingar
bingar. Tak ada anting di telinga. Tato, hanya ada di punggung yang hanya bisa
diabadikan oleh kamera dalam keadaan yang tidak biasa. Potongan rambutnya
begitu-begitu saja. Tak ada pula jambang, kumis, atau jenggot yang unik.
Kata-katanya tidak pernah hiperbolik menggambarkan apa pun.
Dalam kaca mata media, sosok seperti ini jelas tidak
menarik. Messi tidak menjual apa pun kecuali kepintarannya di lapangan hijau,
yang hanya bisa dinikmati di jam-jam tertentu. Dalam waktu yang sangat terbatas
juga, 2 kali 45 menit.
Messi mematikan hiruk pikuk tentang dirinya. Dia hanya ingin
mempertontonkan sebuah sajian yang tidak biasa, yang tidak disukai kalangan
media. Mereka kesulitan mendapatkan ucapan yang layak kutip.
Barang kali Messi bukanlah seorang pembicara yang baik. Dia
tidak terampil mengaduk kata-kata dan menyisakan sebuah kutipan yang abadi.
Namun, mungkin itulah Messi. Lionel Messi adalah sosok baru dari seorang
bintang. Bintang yang akan diingat bukan dari kata-kata atau tindak-tanduknya
yang nyentrik.
Orang akan mengingatnya sebagai bintang yang rendah hati di
dalam atau pun di luar lapangan. Di sanalah, bintang Messi ada di hati para
penggemarnya.