17.2.13

CANGUKS: Tanpa Selebrasi Gol ala Ronaldo



Ceritanya sih karena dia ingin menghargai bekas klub yang pernah dibela dan membesarkan namanya. Lalu Cristiano Ronaldo ogah merayakan golnya ketika Real Madrid bertanding melawan Manchester United, di babak 16 Besar Liga Champions, Rabu lalu. Pantaskah?

Ronaldo lebih menghormati bekas klubnya. Tapi dengan cara itu, apakah dia juga menghargai fans dan juga klubnya Real Madrid --- klub yang menggaji dia, yang juga makin memperbesar namanya sekarang?  

Bagi Kenny Dalglish, sikap dan cara Ronaldo seperti itu terbilang aneh.  Dia sama sekali tidak mengerti kenapa Ronaldo ogah jejingkrakan merayakan golnya. Padahal, mencetak gol adalah puncak dari segalanya dalam sepak bola. Dia menjadi akhir semua usaha yang sudah dirancang bahkan jauh sebelum wasit menyemprit peluit.

Dalglish sendiri bukannya tidak pernah mengalami hal yang sama. Sebelum pindah ke Liverpool, dia bermain untuk Celtics. Ketika kedua tim itu bertemu, dia merayakan kegembiraan saat mencetak gol. “Saya tidak tahu apakah ada orang yang marah. Saya tidak pernah bertanya,” katanya.  

Menurut dia, semua terjadi begitu saja. Sangat alami untuk mengekspresikan emosi ketika mencetak gol, katanya lagi. Dia tidak terlalu tidak suka dengan trend sekarang seperti yang ditunjukkan Ronaldo.  

Dalglish mungkin saja terlalu tua. Dia mencapai kegemilangannya saat pemain sepak bola seperti Cristiano Ronaldo belum lahir. Saat dia mundur, Ronaldo pun baru berumur di bawah lima tahun.

Tapi, kalau dipikir-pikir bener juga sih pikiran King Kenny ini. Karena, bintang seperti Ronaldo pindah ke Madrid bukan karena dia buang melainkan karena keinginannya sendiri dan telah menjadi impiannya sejak kecil untuk bermain untuk Los Blancos.

Emmanuel Adebayor, pindah ke Manchester City. Kepindahannya terasa runyam. Adebayor merasa dibuang dan ketika klub ini bertemu, dia pun sangat emosional saat menjebol gawang Arsenal. Dia berlari ke arah fans Arsenal dan melakukan selebrasi sekaligus provokasi. Dia malah kemudian dihujat.

Namun, ada juga yang tidak profesional – atau sekarang dikenal dengan istilah lebay. Pelakunya adalah Roberto Baggio. Ketika sudah berseragam Juventus, dia berhadapan dengan tim sebelumnya, Fiorentina. Di lapangan dia ogah mengambil tendangan penalti ke gawang bekas klubnya itu. Padahal biasanya dialah sang eksekutor.

Rupa-rupa masalahnya. Tapi, ada soal lain di balik Ronaldo tidak mau melakukan selebrasi saat tandukannya menjebol gawang David de Gea. Persoalannya adalah pada permainan pikiran yang berhasil dimainkan oleh Sir Alex Ferguson.

Secara emosional, Ronaldo memang masih mencintai Manchester United. Bahkan, saat dia mengalami masa-masa sulit di Madrid di awal musim, dia berkali-kali menyebut ingin kembali ke Old Trafford, ingin merasakan kembali  bermain di bawah taktik Ferguson.

Emosi adalah hal yang berhasil dimainkan oleh Ferguson dan anak-anak buahnya di lapangan. Dengan banyak cara. Tujuannya adalah agar permainan Ronaldo tidak berada dalam kondisi terbaiknya.

Tidak sepenuhnya berhasil. Secara teknis, Ronaldo memang luar biasa. Gol di menit ke 30 adalah pertunjukan kehebatannya di depan gawang. Namun, ketika dia tidak melakukan selebrasi – seperti yang sudah diungkap jauh-jauh sebelum turun ke lapangan, adalah hasil berhasilnya perang urat saraf yang dilakukan Ferguson.

Taktik inilah yang selanjutnya akan sangat banyak dieksplorasi saat Ronaldo datang bersama timnya ke Manchester, 5 Maret mendatang. Ronaldo seperti kembali dihadapkan pada masa lalunya di Old Trafford, yang bergelimang dengan kenangan manis dan juga kesuksesan bersama Setan Merah.

Dia datang ke Old Trafford saat berusia 17 tahun. “Datang dan bermain bersama pemain-pemain yang sebelumnya hanya saya saksikan di televisi, sungguh membanggakan,” kata Ronaldo suatu ketika.

Jelas akan sangat banyak perbedaan antara pertandingan lalu di Santiago Bernabeu dengan yang akan dihadapi di Old Trafford. Sikap penonton, para staf yang pernah bersamanya, dan sampai lorong di Old Trafford akan membuat Ronaldo terasa akan merasakan sebuah perbedaan.

Penampilan di lapangan nanti yang akan menjadi bukti keberhasilan permainan pikiran Ferguson dengan menggugah faktor emosi bekas pemain emasnya itu. Dan, hasil di papan skor nantinya, bukan semata hasil yang terjadi di lapangan. Namun juga hal-hal lain, yang terjadi di luar lapangan yang ikut mempengaruhinya.





No comments:

Post a Comment