5.12.11

Pemain Bola pun Galau

Galau, sungguh-sungguh galau. Hidup di Jakarta saja, dengan penghasilan Rp 4 juta, terasa amat kurang. Coba hitung berapa ongkos ke sana-sini dan biaya komunikasi untuk telepon. Belum lagi untuk pacaran, makan romantis di sudut kota, dan bayar kos. Praktis, uang yang mampir di ATM seketika juga langsung hangus. 


Nah, kepusingan seperti itu pula yang berkerumun di kepala Bojan Djordic. Bekas pemain Manchester United ini sejak awal musim lalu, bermain untuk klub Blackpool, bermain di divisi Championship setelah pekan lalu terlempar dari Liga Primer. Bukan persoalan dia bermain di divisi yang lebih rendah melainkan penghasilannya yang super minim.

Meski dia tergolong pemain senior dan pernah hilir mudik di berbagai klub di Eropa, namun ternyata manajemen klub ini hanya mau membayar Bojan sebanyak 90 poundsterling atau sekitar 1 tiap minggunya. Alhasil, selama sebulan penghasilannya hanya mencapai Rp 4 juta. Hidup di Jakarta dengan penghasilan segitu saja bikin pusing apalagi di Inggris sana.

Beruntung, kayak orang Jawa saja – apa-apa selalu ada untungnya, dia punya teman seperti John O’Shea. Pemain yang kini membela Sunderland termasuk teman yang memberikan bantuan akomodasi bekas temannya di tim junior Manchester United.

Nasib buruk Bojan inilah yang kemudian mengundang keprihatinan teman-temannya untuk mengadukan pada FPA atau asosiasi pemain sepak bola profesional di sana. “Coba saja pikirkan, mau hidup dengan cara seperti apakah dengan uang sebesar itu,” kira-kira begitu yang mereka ucapkan saat melaporkan pada Asosiasi.

Namun pihak manajemen Blackpool punya kilah. Menurut sumber di sana, pihak manajemen melihat masalah kebugaran yang dimiliki Bojan. Klub itu sedikit prihatin dengan tes kesehatan Bojan. Sehingga mereka mengikatnya dalam kontrak dengan bayaran tak lebih dari 90 poundsterling. “Kalau dia bermain dalam sebuah game, dia mendapatkan bayaran penampilan. Kalau tidak, ya cukup itu saja yang dia peroleh.” 

Tak hanya itu sebenarnya. Bojan juga sebenarnya dianggap telah sepakat dengan kerja sama di antara kedua pihak. “Bisa saja dia masuk dalam tim inti, jika dia dalam keadaan fit, tapi jika tidak mohon maaf, dia pun bisa dipersilakan pergi kapan saja.” 

Soal bayaran yang begitu rendah, ternyata memang ada dalam peraturan di sana. Sebuah klub boleh menggaji seorang pemain, dengan bayaran yang paling murah yaitu 90 poundsterling. Bayaran yang teramat murah tentu saja. Pegawai biasa saja, mendapatkan bayaran sekitar  £243 untuk 40 jam bekerja selama sepekan.  

***

Kegalauan adalah panglima Bojan Djordjic selama ini. Di saat karirnya tak jua berkembang, dia tetap melihat Inggris sebagai tanah harapan dengan Ian Holloway, sang nakhoda yang dipercaya bisa mengembalikan kegemilangannya seperti yang terjadi pada masa lalu.

Masa kecil B0jan Djordjic tidaklah menyenangkan. Dia yang lahir di Belgrade, yang kemudian tumbuh di kawasan Sarajevo, terpaksa meninggalkan tanah kelahirannya akibat berkecamuknya perang di Bosnia.  Ayahnya, Ranko Djordjic adalah seorang pemain sepak bola yang bermain di Norrkiping, Swedia. Ke negeri itu pula, Ranko membawa serta keluarganya.

Di sana, Bojan membangun harapan dan cukup berhasil. Dia memiliki karir yang bagus ketika bergabung dengan IF Brommapojkarna. Enam kali tampil di sana cukup membuatnya dibawa pergi ke Old Trafford junior pada 1999.

Bersama skuad Setan Merah, karirnya lumayan menarik. Dia memenangi Jimmy Murphy Trophy, anugerah buat pemain muda yang dianggap berbakat. Kemampuannya bermain di sayap kiri membuatnya dijuluki sebagai 'next Ryan Giggs'.

Sayangnya, Ryan Giggs pula yang menghambat karirnya. Menurut bisik-bisik di sana, Djordjic tidak memiliki kehebatan lain yang bisa meyakinkan Sir Alex untuk menggantikan posisi Giggs. “Dia bagus bermain di sayap kiri tapi tak lebih hebat dari Giggs,” kata seseorang di Old Trafford.

Sayangnya, Djordjic tak menyadari soal itu. Seperti yang diakui kemudian, saat itu dirinya bertindak kurang ajar. “Saya selalu mengumpat pada siapa saja, kalau mereka memberikan operan yang salah,” katanya. Bojan memang cepat marah. Tak peduli terhadap seniornya, termasuk pada Roy Keane kapten Tim saat itu.

Kegagalannya disebabkan dua hal: kemampuannya yang tidak bisa meningkat dan juga masalah kepribadiannya yang kurang terpuji. “Dia merasa menjadi pemain kelas satu,” kata salah seorang sumber di sana.

Alhasil, dia pun hanya mampu bermain dua kali di tim inti selanjutnya dia mencari jalan keluar untuk mengembangkan diri.   ternyata hanya membuatnya menjadi pemain yang berpindah-pindah klub.

Pada 2005 setelah berada enam tahun berada di Old Trafford, dia meminta pergi, Sir Alex pun melepasnya. Djordjic pun tak ubahnya seperti nomaden. Dia bermain di berbagai klub di Denmark, Serbia,  Swedia, bahkan sampai ke Hungaria. Hingga akhirnya, dia kembali ke Inggris.

Ian Holloway – kini manajer Blackpool, sebelumnya adalah manajer di Sheffield yang mengajaknya bergabung. Penampilan Bojan diharapkan bisa menggantikan Charlie Adam yang ditarik ke Liverpool.  

Bagi Bojan ini adalah kesempatan kedua untuk mencoba peruntungan baru di Liga Inggris. “Ia mengajakku untuk melupakan masa lalu dan mencoba masa depan dengan menghargai semuanya. Pendukung klub yang sudah membeli tiket untuk melihat saya  bermain.”

Kata-kata ini ternyata lumayan ampuh. Bojan yang kini sudah lebih dewasa langsung tergetar. Dia pun bersumpah tidak akan mengecewakan Holloway lagi seperti yang terjadi saat bersama di Sheffield.

“Saya menghargai Ian 100 persen,” katanya.  Bisa jadi dorongan untuk kembali menunjukkan kemampuan terbaiknya yang membuat dia rela digaji dengan harga yang teramat murah itu.

Kini harapan memenuhi hidup Bojan. Dia ingin agar karirnya kembali bersinar, meski usianya sudah mencapai 29 tahun, dan satu lagi harapannya: dia ingin agar Asosiasi Sepak Bola Profesional bisa memperbaiki pendapatannya.  Bila dua hal terpenuhi, kegalauan sudah pasti pergi dari diri Bojan. 

2 comments:

deindra said...

ha..ha..pemain bola juga manusia..bisa galau juga..

uzanks said...

buktikan klo bisa, pasti gaji akan naik tuh

Post a Comment