18.10.11

Fernando Torres Kena Samson Syndrome


BERHASIL mengecoh David De Gea, kiper Manchester United, dan tinggal menceploskan bola ke gawang yang melompong, semestinya berbuah gol.


Namun yang terjadi, bola itu mengapung ke atas mistar. Old Trafford kegirangan bukan main. Fernando Torres pemain paling mahal di Liga Inggris itu tak bisa menahan rasa gundah yang luar biasa.



Cemooh di kupingnya bagaikan air bah. Seorang pengamat sepak bola di Inggris menulisnya  sebagai salah satu kegagalan yang luar biasa. “Bola seperti itu sih, nenek-nenek juga bisa bikin gol.” Kira-kira begitu komentarnya kalau dibahasakan dengan gaya anak muda Jakarta.


Torres masih juga menjadi bahan perbincangan penggila bola sejagat raya.  Separuh musim lalu, setelah berganti baju menjadi biru-biru dia hanya berhasil mencetak satu gol. Padahal harga transfer dari Liverpool sungguh luar biasa mahal, 50 juta poundsterling.


Masuk ke musim baru, harapan pun menggumpal. Penampilannya saat melawan Stoke City, cukup menjanjikan. Meski tidak berhasil mencetak gol, dia terpilih menjadi man of the match. Saat big match  melawan Manchester United, kecuali bola yang melambung tinggi, dia berhasil mencetak gol ke gawang De Gea.


Bencana datang. Melawan Swansea, sebuah gol dia sumbangkan untuk kemenangan besar klubnya, 4-1. Sayang, sepuluh menit setelah mencetak gol dia malah kena kartu merah, Torres pun dilarang main selama tiga pertandingan. Sekali lagi dia menjadi bulan-bulanan.


***


BANYAK yang mencibir Chelsea saat menggaet Torres dari Liverpool. Chelsea diibaratkan membeli mobil mewah yang onderdilnya banyak rusak.  Bukannya bisa ngebut malah kebanyakan mogok.


Kerusakan itu adalah cedera yang dideritanya. Saat tampil di Piala Dunia, Torres melempem. Hal itu berlanjut saat dia kembali ke Anfield. Penampilannya memang kurang lagi buas.


Lantas tawaran itu datang. Liverpool kabarnya sempat memasang harga fantastis, 70 juta pounds. Belakangan setelah bolak-balik tawar menawar, harga pas pun dilepas, 50 juta pound. Biar pun lebih murah dari banderol, tetap saja dia menjadi pemain paling mahal di Premier League.


Nasib yang tak jauh beda sebelumnya pernah dialami Chelsea saat menggaet Andriy Shevchenko. Striker kesayangan AC Milan ini sungguh tak berdaya di Chelsea. Padahal harga yang dibeli pun tidak murah.


Santer menjadi perbincangan, kedatangan dua bintang ini adalah maunya si Bos Roman Abramovic. Juragan minyak ini sudah kehabisan kesabaran karena ambisinya untuk menjuarai Liga Champions tak kunjung kesampaian. Pada dua striker itu harapan bisa terwujud. Tapi ternyata Roman harus lebih bersabar.


***


BANYAK yang argumen tentang mandulnya Torres. Salah satu yang menarik, Torres mengalami Sindrom Samson. Katanya, itu terjadi karena saat bermain di Piala Dunia Afrika Selatan, Torres menggunting rambutnya. Nah, saat itulah sebenarnya kekuatan Torres sudah menguap dan takkan kembali. Ngawur, tapi lucu.  Jadi inget Samson Betawi yang kehilangan kekuatannya setelah bulu ketiaknya digunting.


Selain argumen soal Sindrom Samson, beragam argument sebenarnya mengerucut pada satu musabab karena Torres sudah habis.  Pemain bintang memang punya waktu edar masing-masing. Sebab utamanya adalah cedera.Tapi Torres menolak argumen itu. “Saya belum lupa caranya mencetak gol,” ucapnya saat bermain di Cina, dalam tur pramusim akan diingat oleh para penggemarnya.


Nah, kalau begitu hal apakah yang membuat Torres masih juga mandul? Dikutip dari FourFourTwo, El Nino julukannya mengumbar permasalahan yang dialaminya. Dengan gamblang dia mengungkapkan persoalan adaptasi yang tak kunjung membuatnya merasa tune in. “Saya pikir pindah ke klub lain, di liga yang sama, akan berlangsung dengan mulus tanpa masalah."


Kenyataannya, di klub barunya ini situasinya berbeda. “Di  klub ini banyak pemain yang bisa mencetak gol dari posisi mana pun.” Bagi dia, bermain di Liverpool dan Chelsea bukanlah persoalan besar.  Bagaimana pun, dia harus melakukan adaptasi  bukan sebaliknya. Rupanya hal ini yang dirasakan belum juga klop.


Persoalan di luar lapangan ternyata ikut juga mempengaruhi. Torres yang baru saja mendapatkan tambahan anak, pindah tempat bekerja, dan lingkungan baru, juga ikut memberikan tekanan yang luar biasa. Musim lalu menjadi penghiburan yang luar biasa. Untuk pertama kalinya dalam lima tahun terakhir, dia bisa menikmati musim panas tanpa dibebani dengan urusan sepak bola.


***


ADAPTASI kunci keberhasilan bintang di mana-mana. Diego Forlan, penggila sepak bola di dunia ini pasti mengenalnya. Aksinya lincah, mencari bola, membagi bola, dan mencetak gol. Pada 2010, dia berhasil mengantar Uruguay mencapai babak semi final. Hasil terbaik dibandingkan negara besar lain dari Conmebol seperti Brasil dan Argentina.


Keperkasaannya makin lengkap, tahun ini berhasil membawa klubnya menjadi juara Amerika Latin. Lagi-lagi mengangkangi Argentina, sang tuan rumah, dan Brasil yang masih juga dipercaya maestro sepak bola dunia.


Tapi, ayo sekarang kita putar kalendar ke sepuluh tahun silam. Diego Forlan yang didatangkan dari klub Independiente ke Old Trafford.  Meski sempat beberapa kali memukau publik Setan Merah, setelah itu di lapangan dia lebih banyak berlari kesana kemari tanpa pernah mendapatkan kesempatan bagus mencetak gol.  Bermain sebanyak 95 kali, dia hanya bisa membuat 17 gol.


Hasil yang buruk apalagi dibandingkan  Ruud van Nistelrooy, yang membuat lebih banyak gol. Dua tahun berada di sana, pada musim 2004-2005, dia tak lagi dipakai. Saat yang bersamaan, Wayne Rooney masuk.  Forlan berlabuh di Villareal. Di Villareal, dia malah bersinar dan menemukan kebintangannya.


Apa musababnya? Bisa jadi karena dia masih teramat muda. Jam terbang masih kurang. Yang paling penting, sekaligus tak bisa dianggap remeh adalah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan orang-orangnya.


Sepertinya, Torres memang butuh waktu yang tidak sebentar untuk benar-benar pas dengan lingkungan barunya. Persoalannya, kadang para penggemarnya kerap tidak sabar dan tak mau memahami soal ini.


Bila Torres sudah kembali pada permainannya semula, apalagi lebih hebat, tentu yang kegirangan bukan hanya pendukung Chelsea tapi lebih dari itu, dia akan memberikan hawa persaingan Liga Inggris yang ketat.
Bagi pecandu sepak bola, itu yang paling penting.


Semoga dia bisa menjawab melalui pertandingan melawan Genk di Liga Champions besok.




Berita Terkait:
Jaga Mulutmu Sewaktu di Lapangan
Hobi Petr Cech di Kala Senggang
Neymar Mirip Opa
Reyna Demen Takhyul
Aksi Nekat Cewek untuk Klub Kesayangannya