24.10.11

Tiga Sebab United Dibantai City

TAK ada bicycle kick seperti yang dia buat musim lalu. Siang itu, Wayne Rooney seperti orang linglung. Alih-alih menyerang, dia malah harus turun membantu pertahanan. Berkali-kali bola menggelinding mendekati gawang David De Gea.


Beruntung, hanya enam buah gol. Sebiji gol yang dibuat Darren Fletcher menjadi hiburan yang tidak juga sepenuhnya menyenangkan publik Old Trafford. Skor ditutup 6-1.



Sepuluh pemain keluar lapangan dengan wajah tertunduk. Di Old Trafford, di rumah sendiri mereka dipermalukan seteru yang sebelumnya selalu dianggap kelas dua.


Sir Alex Ferguson, yang sepanjang pertandingan lebih banyak menekuk wajahnya, kelihatan betul menahan kecewa yang amat mendalam. “Ini sepak bola yang gila. Hari yang buruk, yang paling buruk. Bahkan sebagai pemain pun saya tidak pernah membayangkan kalah 6-1. Sungguh mengecewakan.”


Bencana datang pada saat babak kedua dimulai. “Dikeluarkannya Jonny Evans membunuh kami,” ujar Fergie selepas pertandingan. Di bangku penonton, terlihat wajah Ryan Giggs dan Nemanja Vidic -- yang absen bermain, begitu tegang. Setelah tertinggal 1-0 akibat gol Balotelli di babak pertama, permainan United pun makin kocar-kacir.


Tak salah lagi bencana ini adalah datang dari kecerobohan Evans. Kesalahan yang terus berulang adalah jawaban yang tidak sebanding dari kepercayaan Ferguson yang diberikan padanya. Penampilannya kian membaik pada musim ini tapi pemain Irlandia ini masih berada di bawah standar yang diperlukan United dalam bersaing merebut gelar ke 20 pada musim ini.


Namun, sesungguhnya tidak hanya Evans. Pemain gelandang sulit berkembang. United sudah saatnya memanggil Sneijder untuk masuk ke dalam skuadnya. Pemain depan, Rooney dan Wellbeck juga kesulitan menembus pertahanan City yang memang semakin hari kian mengkilap.


Kesalahan pertama adalah United tidak dapat bermain dengan bagus. Di semua lini, mereka kalah.
***


KALAH sebelum bertanding. Itulah yang sebenarnya terjadi dengan United.  Tidak seperti biasanya, Fergie lebih banyak diam. Dia tidak banyak berkoar, kecuali mengatakan partai derby ini tidaklah penting. Justru dia mengkhawatirkan terjadinya pesta gol. Kata dia, musim ini adalah banyaknya gol yang tercipta. Hanya satu tekadnya, dia ingin membuat diam tetangganya yang berisik. Itu saja.


Sebaliknya, Manchester City seolah tak kehabisan energi. Roberto Mancini, dengan gayanya yang merendah menyebut Sir Alex Ferguson adalah guru. Selama karirnya di Old Trafford, City telah melakukan pergantian manajer sebanyak 16 kali. Mancini, yang baru dua musim, adalah manajer ke 17. Seolah pesan ingin disampaikan, kalaulah kalah melawan United, tentu orang bisa paham.


Namun, tidak hanya Mancini, Balotelli, Kompany, Milner, dan Micah Richard pun urun suara mengenai pertandingan yang akan dijalaninya. Media Inggris pun menurunkan berbagai laporan tentang kesiapan City. Strategi yang berhasil. Secara mental mereka menjadi terlihat lebih siap. Psywar atau perang urat saraf telah mereka menangkan lebih dulu.


Di sisi lain, para pendukung City juga memantik peperangan. Bagaimana pun derby tetap menyimpan trauma bagi Ferguson. Pada musim 1989/90, Ferguson nyaris kehilangan jabatan saat City mempermalukan dengan skor 5-1.


Dia dituntut untuk mundur. Fergie sendiri menggambarkan bulan Desember 1989 adalah "masa-masa paling gelap selama kariernya dalam dunia sepak bola". Ketika itu, United menjadi salah satu calon klub yang akan mengalami degradasi.


Kondisi tim pun sedang tidak bagus. Wayne Rooney yang mengalami masalah bertumpuk. Dimulai saat polisi menangkap ayahnya – yang kemudian berbuah kartu merah saat melawan Montenegro, yang menyebabkan dia terancam dicoret oleh Cappelo.


Belum lagi, soal komentar Fergie yang keberatan bila para pemainnya, termasuk Rooney, ikut membela tim Britania Raya dalam Olimpiade tahun depan. Dengan terang-terangan, dia menyatakan kemarahannya pada manajernya itu. Akumulasi ini pula yang mempengaruhi persiapan United menghadapi derby.


***


SHEIKH Mansour berbeda dengan Roman Abramovich. Kamera televisi tidak pernah menangkap wajah menonton pertandingan klub yang dimodalinya itu. Mansour lebih banyak berada di Dubai mengurusi bisnisnya.


Dalam final Piala FA musim lalu saja, dia yang semula akan datang ke Wembley ternyata batal. “Ada urusan bisnis yang lebih penting,” kata juru bicaranya. Bisnis Mansour tak kenal waktu rupanya, padahal final itu digelar pada hari Minggu.


Tercatat dalam selama menjadi bohir di Eastlands, dia menonton pertandingan secara langsung saat City menundukkan Liverpool di awal kiprahnya di Liga Inggris. Selanjutnya, ya itu tadi dia lebih banyak mengurus bisnisnya.


Namun soal perhatian pada klubnya, tidak usah diragukan. Saat timnya meraih FA, dia meluncurkan sebuah target: menjadi juara Premier League. Soal duit, kantongnya masih dalam.


Seratus juta poundsterling adalah harga striker yang turun di Old Trafford tadi siang. Mereka adalah Balotelli, Silva, dan Kun Aguero. Tiga pemain ini tak beda dengan trisula yang berhadapan dengan balon gas milik Sir Alex Ferguson.


Mario Balotelli, yang biasanya bertingkah macam-macam, siang itu tampil sedingin es yang bengis di depan gawang. Dia tampil hanya untuk bermain sepak bola, tidak ada yang menghalanginya. Termasuk rumahnya yang dilahap api.


Kemunculan Balotelli yang dalam keadaan “jinak” akan menjadi buldoser yang merusak apa saja. “Saya suka anak ini. Berbakat. Namun sayang usianya masih muda. Dia masih labil,” kata Mancini.


City bermain bagus. Mulai dari belakang, tengah, dan depan. Semua adalah hasil racikan sempurna dari Roberto Mancini, yang dalam pertandingan kali ini meninggalkan scarf yang biasa membebat lehernya.


Mancini tidak perlu ketar-ketir soal pemainnya. Menghadapi musim ini, dia memiliki pemain dengan stok yang cukup. “Saya memiliki 25 pemain bagus yang juga dalam keadaan bugar dan tidak ada satu pun yang cedera,” katanya.


Dengan menghabiskan lebih dari 500 juta poundsterling, tentu tidak mengganggu kekayaan Sheikh Mansour yang mencapai 20 miliar poundsterling. Bila tanpa dibatasi peraturan tentunya dia akan membeli semua pemain terbaik di planet ini.


Kekuatan finansial inilah yang membuat City menjadi perkasa. Faktor ini tentu tidak  saja menjadi penyebab kekalahan United, tapi juga yang  akan mengantar City menjadi penguasa Liga Primer musim ini.


Sumber tulisan: guardian, dailymail, thesun, wikipedia,



Baca juga: